MAKALAH
Ilmu Filsafat
Filsafat dan Etika
![]() |
Disusun oleh
Rukmana sari (14510057)
Renita Ayu Putri (1730501121)
Mia Febryanti (1730501106)
M. Abdullah (1730501105)
Tia Maya Syafira (1730501128)
M. Jannata (17130501113)
Dosen Pembimbing
M. Syahri Ramadhan Simangunsong S.H., MH.
JURUSAN
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
AKULTAS DAKWAH
DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan syukur atas anugrah Tuhan Yang
Maha Esa, atas kasih yang telah Ia berikan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Walaupun berbagai cara kami
lakukan terdapat kekurang lengkapan dalam membuat makalah ini. Dalam makalah
ini, kami membahas tentang “FILSAFAT dan ETIKA”. Dalam pembahasan ini banyak berbagai
kesulitan-kesulitan yang kami hadapi, baik dari segi materi maupun dari
berbagai referensi dalam menyelesaikan topik ini. Akan tetapi kesulitan
tersebut tidak akan membuat kami menyerah, justru kami berusaha terus untuk
mencari solusi dalam menyelesaikan makalah ini. Walaupun demikian, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran saudara-saudara untuk revisi ulang makalah ini
demi kemajuan bersama di masa yang akan datang. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih
kepada Dosen Pembimbing dan kepada seluruh pihak yang telah membantu
penulisan makalah ini. Demikian yang
perlu kami sampaikan, kami ucapkan terimakasih, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Palembang,15 Desember 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada dewasa ini terlihat gejala-gejala
kemerosotan etika. Cara pasti kiranya agak sukar menentukan faktor penyebabnya.
Kata-kata etika, tidak hanya terdengar dalam ruang kuliah saja dan tidak hanya
menjadi monopoli kaum cendikiawan. Diluar kalangan intelektual pun sering
disinggung tentang hal-hal seperti itu. Jika seseorang membaca surat kabar atau
majalah, hampir setiap hari ditemui kata-kata etika. Berulang kali dibaca
kalimat-kalimat semacam ini. Dalam dunia bisnis etika semakin merosot. Di
televisi akhir-akhir ini banyak iklan yang kurang memerhatikan etika. Bahkan
dalam pidato para pejabat pemerintah kata etika banyak digunakan, tetapi
kenyataaannya masih banyak pejabat justru melanggar etika. Etika merupakan yang
berbicara nilai etika dan norma etika, membicarakan perilaku manusia dalam
hidupnya.
Etika dan filsafat
merupkan sebuah peranan seperti halnya agama, politik, bahasa, dan ilmu-ilmu
pendukung yang telah ada sejak dahulu kala dan diwariskan secara turun temurun.
Etika dan filsafat menjadi refleksi krisis terhadap
tingkah laku manusia, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang bertindak
sesuatu dengan tingkah laku bagus saja. Ia harus bertindak berdasarkan
pertimbangan akal sehat, apakah bertentangan atau membangun tingkah laku baik.
Dalam hal ini akan mencoba memberikan alternatif pemecahan dengaan membahas
tentang “Etika dan Filsafat”.
B.
TUJUAN
1. Mengidentifikasikan pengertian etika
2. Menjelaskan hubungan filsafat dan etika.
C.
MANFAAT
1. Agar setiap para pembaca dapat memahami pengertian etika.
2. Agar para pembaca dapat memahami hubungan filsafat dan etika
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Etika
Secara
etimologi (bahasa) ‘etika’ berasal dari kata bahasa Yunani ethos. Dalam
bentuk tunggal, ‘ethos’ berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta
ethaberarti adat kebiasaan. Dalam istilah filsafat, etika berarti ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak.
Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang apa yang baik
dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam
pembahasan kali ini maka etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau norma
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
Sifat dasar etika adalah sifat kritis, karenanya etika bertugas:[1]
1.
Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya
apakah dasar suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang di
tuntut oleh norma itu terhadap norma yang dapat berlaku.
2.
Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma
yang tidak dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya
akan kehilangan haknya.
3.
Etika mempersoalkan pula hak setiap lembaga seperti orangtua,
sekolah, negara dan agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus
ditaati.
4.
Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang
rasional terhadap semua norma.
5.
Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab
bagi seorang ahli dan bagi siapa saja yang tidak mau diombang-ambingkan oleh
norma-norma yang ada.
Etika
sering disebut filsafat moral. Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara
mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan utama hidupnya. Etika
membahas baik buruk atau benar tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta
sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika mempersoalkan bagaimana
manusia seharusnya berbuat atau bertindak.
Tindakan
manusia ditentukan oleh macam-macam norma. Etika menolong manusia untuk
mengambil sikap terhadap semua norma dari luar dan dari dalam supaya manusia
mencapai kesadaran moral yang otonom.
Etika
menyelidiki dasar semua norma moral. Dalam etika biasanya dibedakan antara
‘etika deskriptif’ dan ‘etika normatif’. Etika deskriptif memberikan gambaran
dari segala kesadaran moral, dari norma dan konsep-konsep etis. Etika normatif
tidak berbicara lagi tentang gejala, melainkan tentang apa yang sebenarnya harus
merupakan tindakan manusia. Dalam etika normatif, norma dinilai dan setiap
manusia ditentukan.
Beberapa
ahli lain menyoroti makna etika lebih lengkap dan detail. Pada dasarnya etika
meliputi empat pengertian, yaitu :[2]
1.
Etika merupakan sistem nilai kebiasaan yang penting dalam kehidupan
kelompok khusus manusia.
2.
Etika digunakan pada suatu di antara sistem-sistem khusus tersebut,
yaitu ‘moralitas’ yang melibatkan makna dari kebenaran dan kesalahan, seperti
salah dan malu.
3.
Etika adalah siste moralitas itu sendiri mengacu pada
prinsip-prinsip moral aktual.
4.
Etika adalah suatu daerah dalam filsafat yang memperbincangkan
telaahan etika dalam pengertian-pengertian lain.
B.
Hubungan filsafat dan etika
Filsafat
ialah seperangkat keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap, cita-cita,
aspirasi-aspirasi dan tujuan-tujuan, nilainilai dan norma-norma, aturan-aturan
dan prinsip etis. Menurut Sidney Hook, filsafat juga pencari kebenaran, suatu
persoalan nilai-nilai dan pertimbangan-pertimbangan nilai untuk melaksanakan
hubungan-hubungan kemanusiaan secara benar dan juga berbagai pengetahuan
tentang apa yang buruk atau baik untuk memutuskan bagaimana seseorang harus
memilih atau bertindak dalam kehidupannya.
Florence
Kluckholn, mengidentifikasikan sejumlah orientasi nilai yang tampaknya
berkaitan dengan masalah kehidupan dasar :
1.
Manusia berhubungan dengan alam atau lingkungan fisik, dalam arti
mendominasi, hidup dengan atau ditaklukan alam.
2.
Manusia menilai sifat/hakikat manusia sebagai baik, campuran antara
baik dan buruk.
3.
Manusia hendaknya bercermin pada masa lalu, masa kini, dan masa
yang akan datang.
4.
Manusia lebih menyukai aktivitas yang sedang dilakukan, akan
dilakukan, atau telah dilakukan.
5.
Manusia menilai hubungan dengan orang lain, dalam kedudukan yang
langsung, individualistis atau posisi yang sejajar.
Orientasi
nilai tersebut sangat berbeda di antara berbagai kebudayaan dan subbudayadalam
masyarakat. Orientasi nilai budaya itu dinyataakn dalam konsep-konsep,
sikap-sikap, dan harapan-harapan orang, yang bersangkut paut dengan diri mereka
sendiri atau orang lain,khususnya sebagai bagian dari peranan-peranan sosial
yang merekasandang dalam masyarakat.
Nilai-nilai
mempunyai tingkatan-tingkatan seperti :
1.
Nilia-nilai akhir atau abstrak, seperti : demokrasi, keadilan,
persamaan, kebebasan, kedamaian dan kemajuan sosial, serta perwujudan diri dan
penentuan diri.
2.
Nilai-nilai tingkat menengah, seperti : kualitas keberfungsian
manusia/pribadi, keluarga yang baik, pertumbuhan, peningkatan kelompok dan
masyarakat yang baik.
3.
Nilai-nilai tingkat ketiga merupakan nilai-nilai instrumental atau
operasional yang mengacu kepada ciri-ciri perilaku dari lembaga sosial yang
baik, pemerintah yang baik, dan orang profesional yang baik. Misalnya dapat
dipercaya, jujur, dan memiliki disiplin diri.
4.
Nilai-nilai dan norma-norma yang telah diinternalisasikan ke dalam
diri individu, akan menjadi kerangka referensi individu tersebut, sebagai
prinsip-prinsip etik. Prinsip-prinsip etik tersebut menjadi dasar orientasi dan
petunjuk bagi kita dalam mengatasi masalah-masalah kehidupan menjalin hubungan
sosial dengan orang lain. Prinsip etik tersebut membantu pula mengatur dan
memberikan makna dan kesatuan yang bulat terhadap kepribadian kita; motivasi
kita dalam memilih perilaku kita, tujuan-tujuan dan gaya hidup, serta
memungkinkan kita memperoleh landasan pembenaran dan pengambilan keputusan
terhadap tindakan yang kita lakukan.
C.
Perbedaan Etika, Etiket, Moral Dan Agama
1.
Perbedaan etika dan etiket
Kadang dalam
kehidupan sehari-hari, batas antara etika dan etiket bisa sangat tipis.
Paadahal dua terminologi tersebut sangat berbeda satu sama lain, meskipun
disana sini tetap masih ada persamaan antara etika dan etiket. Persamaannya
adalah bahwa etika dan etiket menyangkut tindakan dan perilaku manusia, etika
dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif.
Sementara ini
ada beberapa perbedaan pokok antara etika dan etiket:[3]
1.
Etika menyangkut cara perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang
atau kelompok tertentu. Etiket memberikan dan menunjukkan cara yang tepat dalam
bertindak. Sementara itu, etika memberikan norma tentang perbuatan itu sendiri.
Etika menyangkut apakah suatu perbuatan
bisa dilakukan antara ya dan tidak.
2.
Etiket hanya berlaku dalam pergaulan sosial. Jadi etiket selalu
berlaku ketika ada orang lain. Sementara itu, etika tidak memperhatikan orang
lain atau tidak.
3.
Etiket bersifat relatif. Dalam arti bahwa terjadi keragaman dalam
menafsirkan perilaku yang sesuai denga etiket tertentu. Etika jauh lebih
bersifat mutlak. Prinsip etika bisa sangat universal dan tidak bisa bisa ada
proses tawar-menawar.
4.
Etiket hanya menyangkut segi lahiriah saja. Sementara etika lebih
menyangkut aspek internal manusia. Dalam hal etiket, orang bisa munafik. Tetapi
dalam hal dan perilaku etis, manusia tidak bisa bersifat kontradiktif.
2.
Perbedaan etika dan moral
Etika lebih condong ke arah ilmu tentang baik atau buruk. Selain
itu etika lebih sering dikenal sebagai kode etik. Moralitas adalah sifat moral
atau keseluruhan asas dan atau nilai yang berkenaan dengan baik buruk.
Dua kaidah dasar moral adalah:
1.
Kaidah sikap baik. Pada dasarnya kita harus bersikap baik terhadap
apa saja. Bagaimana sikap baik itu harus dinyatakan dalam bentuk yang
konkret,tergantung dari apa yang baik dalam situasi konkret itu.
2.
Kaidah keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap
mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus
dipikulkan harus sama, yang tentu saja disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing.
D.
Unsur pokok dalam etika
Wacana
etika melibatkan perilaku dan sistem nilai etis yang dipunyai oleh setiap
individu atau kolektif masyarakat. Oleh sebab itu, wacana etika mempunyai
unsur-unsur pokok. Unsur-unsur pokok itu adalah kebebasan, tanggung jawab, hati
nurani, dan prinsip-prinsip moral dasar.
Kebebasan
adalah unsur pokok dan utama dalam wacana etika. Etika menjadi bersifat
rasional karena etika selalu mengandaikan kebebasan. Dapat dikatakan bahwa
kebebasan adalah unsur hakiki etika. Kebebasan eksistensial adalah kemampuan
manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Ini berarti bahwa kebebasan ini bersifat
positif. Tentu saja, kebebasan dalam praktek hidup sehari-hari mempunyai ragam
yang banyak, yaitu kebebasan jasmani-rohani, kebebasan sosial, kebebasan
psikologi dan kebebasan moral.
Tanggung
jawab adalah kemampuan individu untuk menjawab segala pertanyaan yang mungkin
timbul dari tindakan- tindakan. Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh
mengelak bila diminta penjelasan tentang perbuatannya. Tanggung jawab
mengandaikan penyebab. Orang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
disebabkan olehnya. Pertanggungjawaban adalah situasi di mana orang menjadi
penyebab bebas. Kebebasan adalah syarat utama dan mutlak untuk bertanggung jawab.
Ragam tanggung jawab terdiri dari tanggung jawab retrospektif dan tanggung
jawab prospektif.
Hati
nurani adalah penghayatan tentang nilai baik atau buruk berhubungan dengan
situasi konkret. Hati nurani yang memerintahkan atau melarang suatu tindakan menurut
situasi, waktu dan kondisi tertentu. Dengan demikian, hati nurani berhubungan
dengan kesadaran. Kesadaran adalah kesanggupan manusia untuk mengenal dirinya
sendiri dan karena itu berefleksi tentang dirinya. Hati nurani bisa sangat
bersifat personal dan adipersonal. Pada dasarnya, hati nurani merupakan
ungkapan dan norma yang bersifat subjektif.
Prinsip
kesadaran moral adalah beberapa tataran yang perlu diketahui untuk memposisikan
tindakan individu dalam kerangka nilai moral tertentu. Etika selalu memuat
unsur hakiki bagi seluruh program tindakan moral. Prinsip tindakan moral
mengandaikan pemahaman menyeluruh individu atas seluruh tindakan yang dilakukan
sebagai seorang manusia. Seidaknya ada tiga prinsip dasar dalam kesadaran
moral. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip sikap baik kedailan dan hormat kepada
diri sendiri maupun orang lain. Prnsip keadilan dan hormat pada diri sendiri
merupakan syarat pelaksanaan sikap baik, sedangkan prinsip sikap baik menjadi
dasar mengapa seseorang untuk bersikap adil maupun hormat.
E.
Objek etika
Objek
penyelidikan etika adalah pernyataan-pernyataan moral yang merupakan perwujudan
dari pandangan-pandangan dan persoalan dalam bidang moral. Jika kita kaji
segala pernyataan moral, maka kita akan melihat bahwa pada dasarnya hanya ada
dua macam pernyataan moral. Pertama, pernyataan tentang tindakan manusia, dan
kedua, tentang manusia itu sendiri atau tentang unsur-unsur kepribadian
manusia, eperti motif-motif, maksud dan watak.
Objek-objek
etika adalah sebagai berikut:[4]
1.
Tindakan manusia
Manusia dinilai
oleh manusia lain melalui tindakannya. Seperti tindakan yang dinilai menurut
indah tidaknya. Seseorang mungkin indah jalannya, merdu nyanyiannya dan indah
gerak-geriknya. Penilaian itu disbeut penilaian estetis (dari kata ‘asthetica’
filsafat keindahan).
Tindakan
mungkin juga dinilai sebagai baik atau buruk. Kalau tindakan manusia dinilai
atas baik buruknya, tindakan itu seakan-akan keluar dari manusia, dilakukan
dengan sadar atas pilihan, dengan satu kata kunci “sengaja”. Faktor kesengajaan
ini mutlak untuk penilaian baik-buruk, yang disebut dengan penilaian etis atau
moral. Walaupun tidak mudah untuk memberi penentuan tentang kesengajaan ini,
yang jelas ada pengetahuan (kesadaran) bahwa orang bertindak dan ada pilihan
terhadap tindakan itu.
2.
Kehendak bebas
Kalau tidak ada
kesengajaan, pada prinsipnya tidak ada baik-buruk. Kesengajaan ini minta adanya
pilihan dan pilihan berarti adanya penentuan dari pihak manusia sendiri untuk
bertindak atau tidak bertindak. Penentuan manusia bagi tindakannya itu disebut
kehendak atau kemauan. Jadi, kalau hendak diadakan penilaian etis, haruslah ada
kehendak yang dapat memilih atau kehendak bebas.
Muncullah
persoalan yang cukup rumit berupa betulkah manusia mempunyai kehendak bebas?
Dapatkah ia sungguh-sungguh memilih kalau ia melakukan tindakan? Dalam
tindakannya manusia mendapat pengaruh dari luar sehingga tertentukanlah
tindakannya dan tidak ada pilihan dari pihaknya. Dengan demikian, kehendak
ebbas sebenarnya tidak ada. Demikian pendapat bebrapa aliran filsafat.
3.
Determinisme
Aliran yang mengingkari
adanya kehendak bebas dalam filsafat disebut determinisme.Determinisme
dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a.
Determinisme materialisme
b.
Determinisme religius
4.
Ada kehendak bebas
Terlebih dahulu
harus dipahami bahwa manusia itu dalam tindakannya memang terbtas oleh
kodratnya, yaiut kemanusiaan. Ia tidak dapat melampaui batas itu. Ia mempunyai
sufat yang sama dengan benda alam yang bukan manusia dan terikat oleh hukum
alam, seperti gravitasi, dan ia akan bertindak vegetatif dan sensitif. Jika dia
memiliki sifat lainnya karena mampu berfikir, ia pun akan mentaati hukum
berpikir jika ia tidak hendak tersesat dari tujuannya mencapai kebenaran.
Adapun kajian
yang diutarakan di sini adalah kehendak bebas dalam arti kemapuan memilih kalau
ia melakukan suatu tindakan. Biasanya kalau orang mengatakan bebasitu maksudnya
ialah bebas dari sesuatu. Kita telah memperjuangkan kemerdekaan, maksudnya kita
berusaha dengan segala upaya untuk mencapai kebebasan dari tindasan dan
kekangan, dari penjajahan dan penghisapan dengan tujuan lebih lanjut agar
terbebas dari kemiskinan dan kemelaratan. Inilah segi negatif kebebasan. Akan
tetapi, kebebasan juga mengandung arti segi positif karena dalam perjuangan
memperoleh kemerdekaan itu kita hendak mengatur negara kita sendiri seperti
yang kita kehendaki, hendak mencapai kesejahteraan kita menurut kemauan kita
sendiri, hendak melaksanakan pendidikan terhadap anak kita menurut kemauan kita
juga. Maka disini adalah kebebasan untuk melakukan tindakan, dalam ‘kebebasan’
untuk ini ternyata terdapat pilihan.
5.
Gejala-gejala tindakan
Tidak hanya
dalam kehidupan sehari-hari, dalam ilmu psikologi juga dibedakan adanya
tindakan yang sengaja dan tindakan sengaja. Walaupun tidak selalu dapat
menunjuk batas-batasnya, tetapi kerapkali kita dapat membedakan benar tindakan
kita yang sengaja dari yang tidak sengaja itu.
6.
Penentuan istimewa
Jika dikatan
bahwa ada kehendak bebas pada manusia artinya manusia dapat menetukan
tindakannya, yaitu ia dapat memilih. Adanya kehendak bebas ini tentu saja tidak
mengurangi kemahakuasaan Tuhan. Manusia memang terbatas, tetapi keterbatsannya
itu justru yang mengistimewakannya. Ia melebihi makhluk lain di dunia sebab ada
penentuan istimewa, yaitu bahwa ia dapat memilih.
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
1.
Etika secara lebih
detail merupakan ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh
berkaitan dengan moral.
2.
Etika dan filsafat dapat dipahami bahwa istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai
ketentuan baik atau buruk.
3.
Etika filsafat
dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang
tingkah laku manusia dari sudut norma-norma susila atau dari sudut baik atau
buruk. Dari sudut pandang normatif, etika filsafat merupakan wacana yang khas
bagi perilaku kehidupan manusia, dibandingkan dengan ilmu lain yang juga
membahas tingkah laku manusia
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah
ini banyak literatur buku yang kami ambilkan tetapi banyak hal yang tidak dapat
kami paparkan secara mendetail, dan diharapkan dari dosen serta rekan mahasiswa
dapat memberikan sanggahan berupa pendapat yang membangun agar menjadikan perbaikan
bagi makalah kami yang lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat digunakan
sebaik-baiknya serta menjadi bahan bacaan serta sebuah acuan referensi bagi
para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto Ahmad. 2016. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pt Bumi Aksara
Darji, Darmodiharjo Dkk. 2004. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Jakarta:
Gramedia
Mufid Muhammad, 2009, Etika Dan Filsafat Komunikasi, Jakarta:Kencana Prenada
Media Group
Poedjawijatna, 2002, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta:Rineka
Cipta
Wiramihardja, S. 2006. Pengantar Filsafat. Bandung: Pt. Refika
Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar