Makalah
Asumsi dan Peluang
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Vivi
meilinasari :
Rudi
iskandar : 14140064
Dosen pembimbing :

Universitas islam negeri raden
fatah palembang
Syari’ah: akhwal syasiyah
Tahun ajaran 2015- 2016
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Filsafat merupakan
telaahan yang ingin menjawab berbagai persoalan secara mendalam tentang hakikat
sesuatu, atau dengan kata lain filsafat adalah usaha untuk mengetahui sesuatu.
Kegiatan penelaahan, penalaran atau argumentasi secara mendasar tentang masalah-masalah
tertentu disebut berfilsafat, dan pendalamannya ditekankan pada bidang yang
lebih diminati daripada masalah-masalah lain (Susanto, 2011: 26). Tegasnya
filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang mencari dan memikirkan
sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain, filsafat adalah
ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu
(Ihsan, 2010: 3).
Sebagai sebuah ilmu,
filsafat memiliki 3 bidang kajian ilmiah yang di dalamnya terkandung 3
pertanyaan ilmiah yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Ontologi berasal
dari bahasa Yunani “ontos” yang
berarti yang ada dan “logos” yang
berarti penyelidikan tentang sehingga dapat disimpulkan ontologi berarti
penyelidikan tentang apa yang ada. Jadi, ontologi membicarakan asa-asas
rasional dari “yang ada”, berusaha untuk mengetahui (“penyelidikan tentang”)
esensi yang terdalam dari “yang ada”. Ontologi seringkali disebut sebagai teori
hakikat yang membicarakan pengetahuan itu sendiri, di mana hakikat adalah kenyataan
yang sebenarnya, bukan keadaan sementara atau keadaan yang berubah. Dengan
ontologi, diharapkan terjawab pertanyaan tentang “apa”. Epistimologi merupakan
bidang yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode suatu ilmu.
Epistimologi diperlukan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana” Aksiologi
merupakan bidang yang menyelidiki hakikat nilai. Aksiologi digunakan untuk
memberi jawaban atas pertanyaan “mengapa” (Susanto, 2011: 27-30).
Dalam
makalah ini kami memfokuskan masalah dalam telaah ontologi. Obyek telaah
ontologi adalah apa yang ada, dibagi menjadi 2 bentuk yaitu obyek material dan
formal. Berdasarkan apa yang ditelaah maka material filsafat adalah segala
sesuatu, sementara obyek formalnya adalah hakikat terdalam/hakiki. Obyek
material filsafat dapat dibagi menjadi 2 bentuk. Pertama obyek konkret/empiris
yang berupa gejala yang ada dan dapat ditangkap oleh pancaindera. Bentuk kedua
adalah obyek abstrak atau yang sering disebut sebagai metafisika yang
membicarakan hal-hal yang berada di belakang gejala-gejala yang ada.
Dalam
kegiataan penelaahan gejala diperlukan beberapa asumsi/ pengandaian/dugaan
mengenai obyek material. Asumsi ini sangat diperlukan karena akan memberikan
arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan (Suriasumantri, 2009: 6).
Asumsi harus didukung oleh teori dan fakta
agar dapat dibuktikan secara rasional. Keberagaman dalam alam akan menimbulkan
suatu kemungkinan/ peluang terjadinya fakta yang mempengarohi dalam penelaahan
terhadap sesuatu.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
di atas, maka permasalahan dalam makalah ini mengenai obyek material abstrak
(metafisika), asumsi dan peluang dalam aspek ontologi filsafat.
3.
Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui obyek material abstrak (metafisika), asumsi
dan peluang dalam aspek ontologi filsafat.
PEMBAHASAN
1. Asumsi
Asumsi merupakan pengandaian mengenai obyek (metafisika)
untuk mendapatkan pengetahuan. Asumsi ini perlu sebab pernyataan asumsi inilah
yang akan memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan. Sebuah pengetahun
baru dianggap benar selama kita bisa
menerima asumsi yang dikemukakannya. Semua teori keilmuan mempunyai asumsi,
baik yang tersirat maupun yang tersurat. Perbedaan asumsi akan menyebabkan
perbedaan penerimaan suatu pengetahuan.
Ilmu memiliki 3 asumsi mengenai obyek empiris
(Suriasumantri, 2009: 7-9) yaitu:
- Obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam bentuk struktur, sifat, dsb. Berdasarkan hal ini maka beberapa obyek serupa dapat dikelompokkan dalam satu golongan atau diistilahkan sebagai klasifikasi.
- Anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Meskipun alam selalu berubah, namun ilmu menuntut kelestarian yang relatif, artinya sifat-sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu sehingga memungkinkan melakukan penelitian terhadap obyek yang diselidiki.
- Determinisme. Setiap gejala bukan merupakan suatu kebetulan tetapi memiliki suatu pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan kejadian yang sama. Ilmu tidak menuntut hubungan sebab akibat, artinya tidak semua hal harus diikuti atau didahului oleh yang lain, namun mengatakan kemungkinan terjadinya (peluang). Peluang dapat dihubungkan dengan gejala penelaahan melalui suatu metode statistika yang menentukan persyaratan keilmuan sesuai dengan asumsi tentang alam.
3.
Peluang
Ilmu Probabilistik atau ilmu tentang peluang termasuk
cabang ilmu yang baru. Walau termasuk ilmu yang relatif baru, ilmu ini bersama
dengan statistika berkembang cukup pesat. Peluang dinyatakan dari angka 0
sampai 1. Angka 0 menyatakan bahwa suatu kejadian itu tidak mungkin terjadi.
Dan angka 1 menyatakan bahwa sesuatu itu pasti terjadi. Misalnya bahwa peluang
semua makhluk hidup itu akan mati dinyatakan dengan angka 1. Statistika hanya
menyatakan distribusi kemungkinan/peluang dari nilai besaran dalam kasus-kasus
individual. Misalnya peluang munculnya angka tertentu dari lemparan dadu adalah
1/6. Hukum statistik tidak meramalkan apa yang akan terjadi atau apa yang pasti
terjadi dalam suatu lemparan dadu. Hukum ini hanya menyatakan jika kita
melempar dalam jumlah lemparan yang banyak sekali maka setiap muka dadu
diharapkan untuk muncul sama seringnya. Kita tahu bahwa untuk menjelaskan fakta
dari suatu pengamatan, tidak pernah pasti secara mutlak karena masih ada
kemungkinan kesalahan pengamatan. Namun di luar dari pada itu jika hal ini
ditinjau dari hakikat hukum keilmuwan maka terdapat kepastian yang lebih besar
lagi. Karena itu ilmu menyimpulkan sesuatu dengan kesimpulan probabilistik.
Ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan
pengetahuan yang bersifat mutlak. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar
untuk mengambil keputusan lewat penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat
relatif (Suriasumantri, 2010:78-80).
Misalnya seorang ilmuwan geofisika dan meteorologi hanya
bisa memberikan bawa kepastian tidak turun hujan 0.8. Atau seorang psikologi
atau psikiater hanya bisa memberikan alternatif mengenai jalan-jalan yang bisa
diambil. Keputusan apa yang akan diambil seseorang sehubungan informasi cuaca
di atas atau langkah apa yang akan diambil seseorang sesuai saran psikolog
tergantung masing-masing pribadi. Keputusan ada di tangan masing-masing pribadi
bukan pada teori-teori keilmuwan.
KESIMPULAN
Asumsi merupakan
pengandaian mengenai obyek (metafisika) untuk mendapatkan pengetahuan. Ada 3
asumsi ilmu :
a.
Obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain
b.
Anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam
jangka waktu tertentu
c.
Determinisme
2. Peluang adalah
kemungkinan munculnya sesuatu berdasarkan statistika.
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan, A. Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta :
Rineka Cipta.
Suriasumantri, Jujun S. 2009. Ilmu dalam perspektif :
Sebuah kumpulan karangan tentang
hakekat ilmu. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Suriasumantri, Jujun S. 2010. Filsafat ilmu: Sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Susanto, A. 2011. Filsafat Imu : Suatu kajian dalam
dimensi ontologis, epistimologis dan
aksiologis. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar