Jumat, 20 Juli 2018

Makalah Asumsi dan Peluang



Makalah
Asumsi dan Peluang
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

Vivi meilinasari :
Rudi iskandar : 14140064
Dosen pembimbing :

lambang.jpg 









Universitas islam negeri raden fatah palembang
Syari’ah: akhwal syasiyah
Tahun ajaran 2015- 2016
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Filsafat merupakan telaahan yang ingin menjawab berbagai persoalan secara mendalam tentang hakikat sesuatu, atau dengan kata lain filsafat adalah usaha untuk mengetahui sesuatu. Kegiatan penelaahan, penalaran atau argumentasi secara mendasar tentang masalah-masalah tertentu disebut berfilsafat, dan pendalamannya ditekankan pada bidang yang lebih diminati daripada masalah-masalah lain (Susanto, 2011: 26). Tegasnya filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu (Ihsan, 2010: 3).
Sebagai sebuah ilmu, filsafat memiliki 3 bidang kajian ilmiah yang di dalamnya terkandung 3 pertanyaan ilmiah yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Ontologi berasal dari bahasa Yunani “ontos” yang berarti yang ada dan “logos” yang berarti penyelidikan tentang sehingga dapat disimpulkan ontologi berarti penyelidikan tentang apa yang ada. Jadi, ontologi membicarakan asa-asas rasional dari “yang ada”, berusaha untuk mengetahui (“penyelidikan tentang”) esensi yang terdalam dari “yang ada”. Ontologi seringkali disebut sebagai teori hakikat yang membicarakan pengetahuan itu sendiri, di mana hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, bukan keadaan sementara atau keadaan yang berubah. Dengan ontologi, diharapkan terjawab pertanyaan tentang “apa”. Epistimologi merupakan bidang yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode suatu ilmu. Epistimologi diperlukan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana” Aksiologi merupakan bidang yang menyelidiki hakikat nilai. Aksiologi digunakan untuk memberi jawaban atas pertanyaan “mengapa” (Susanto, 2011: 27-30).
            Dalam makalah ini kami memfokuskan masalah dalam telaah ontologi. Obyek telaah ontologi adalah apa yang ada, dibagi menjadi 2 bentuk yaitu obyek material dan formal. Berdasarkan apa yang ditelaah maka material filsafat adalah segala sesuatu, sementara obyek formalnya adalah hakikat terdalam/hakiki. Obyek material filsafat dapat dibagi menjadi 2 bentuk. Pertama obyek konkret/empiris yang berupa gejala yang ada dan dapat ditangkap oleh pancaindera. Bentuk kedua adalah obyek abstrak atau yang sering disebut sebagai metafisika yang membicarakan hal-hal yang berada di belakang gejala-gejala yang ada.
            Dalam kegiataan penelaahan gejala diperlukan beberapa asumsi/ pengandaian/dugaan mengenai obyek material. Asumsi ini sangat diperlukan karena akan memberikan arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan (Suriasumantri, 2009: 6).
             Asumsi harus didukung oleh teori dan fakta agar dapat dibuktikan secara rasional. Keberagaman dalam alam akan menimbulkan suatu kemungkinan/ peluang terjadinya fakta yang mempengarohi dalam penelaahan terhadap sesuatu.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam makalah ini mengenai obyek material abstrak (metafisika), asumsi dan peluang dalam aspek ontologi filsafat.
3.      Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui obyek material abstrak (metafisika), asumsi dan peluang dalam aspek ontologi filsafat.

PEMBAHASAN
1.      Asumsi
            Asumsi merupakan pengandaian mengenai obyek (metafisika) untuk mendapatkan pengetahuan. Asumsi ini perlu sebab pernyataan asumsi inilah yang akan memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan. Sebuah pengetahun baru dianggap  benar selama kita bisa menerima asumsi yang dikemukakannya. Semua teori keilmuan mempunyai asumsi, baik yang tersirat maupun yang tersurat. Perbedaan asumsi akan menyebabkan perbedaan penerimaan suatu pengetahuan.
            Ilmu memiliki 3 asumsi mengenai obyek empiris (Suriasumantri, 2009: 7-9) yaitu:
  1. Obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam bentuk struktur, sifat, dsb. Berdasarkan hal ini maka beberapa obyek serupa dapat dikelompokkan dalam satu golongan atau diistilahkan sebagai klasifikasi.
  2. Anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Meskipun alam selalu berubah, namun ilmu menuntut kelestarian yang relatif, artinya sifat-sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu sehingga memungkinkan melakukan penelitian terhadap obyek yang diselidiki.
  3. Determinisme. Setiap gejala bukan merupakan suatu kebetulan tetapi memiliki suatu pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan kejadian yang sama. Ilmu tidak menuntut hubungan sebab akibat, artinya tidak semua hal harus diikuti atau didahului oleh yang lain, namun mengatakan kemungkinan  terjadinya (peluang). Peluang dapat dihubungkan dengan gejala penelaahan melalui suatu metode statistika yang menentukan persyaratan keilmuan sesuai dengan asumsi tentang alam.
3.      Peluang
            Ilmu Probabilistik atau ilmu tentang peluang termasuk cabang ilmu yang baru. Walau termasuk ilmu yang relatif baru, ilmu ini bersama dengan statistika berkembang cukup pesat. Peluang dinyatakan dari angka 0 sampai 1. Angka 0 menyatakan bahwa suatu kejadian itu tidak mungkin terjadi. Dan angka 1 menyatakan bahwa sesuatu itu pasti terjadi. Misalnya bahwa peluang semua makhluk hidup itu akan mati dinyatakan dengan angka 1. Statistika hanya menyatakan distribusi kemungkinan/peluang dari nilai besaran dalam kasus-kasus individual. Misalnya peluang munculnya angka tertentu dari lemparan dadu adalah 1/6. Hukum statistik tidak meramalkan apa yang akan terjadi atau apa yang pasti terjadi dalam suatu lemparan dadu. Hukum ini hanya menyatakan jika kita melempar dalam jumlah lemparan yang banyak sekali maka setiap muka dadu diharapkan untuk muncul sama seringnya. Kita tahu bahwa untuk menjelaskan fakta dari suatu pengamatan, tidak pernah pasti secara mutlak karena masih ada kemungkinan kesalahan pengamatan. Namun di luar dari pada itu jika hal ini ditinjau dari hakikat hukum keilmuwan maka terdapat kepastian yang lebih besar lagi. Karena itu ilmu menyimpulkan sesuatu dengan kesimpulan probabilistik. Ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan lewat penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif (Suriasumantri, 2010:78-80).
            Misalnya seorang ilmuwan geofisika dan meteorologi hanya bisa memberikan bawa kepastian tidak turun hujan 0.8. Atau seorang psikologi atau psikiater hanya bisa memberikan alternatif mengenai jalan-jalan yang bisa diambil. Keputusan apa yang akan diambil seseorang sehubungan informasi cuaca di atas atau langkah apa yang akan diambil seseorang sesuai saran psikolog tergantung masing-masing pribadi. Keputusan ada di tangan masing-masing pribadi bukan pada teori-teori keilmuwan.


















KESIMPULAN

Asumsi merupakan pengandaian mengenai obyek (metafisika) untuk mendapatkan pengetahuan. Ada 3 asumsi ilmu :
a.       Obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain
b.      Anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu
c.       Determinisme
2.      Peluang adalah kemungkinan munculnya sesuatu berdasarkan statistika.

























DAFTAR PUSTAKA
Ihsan, A. Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta : Rineka Cipta.
Suriasumantri, Jujun S. 2009. Ilmu dalam perspektif : Sebuah kumpulan karangan tentang
hakekat ilmu. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Suriasumantri, Jujun S. 2010. Filsafat ilmu: Sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Susanto, A. 2011. Filsafat Imu : Suatu kajian dalam dimensi ontologis, epistimologis dan
aksiologis. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar