ETIMOLOGI DAN EPISTIMOLOGI
A. Pengertian Etimologi
Etimologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal usul suatu kata. Misalkan kata etimologi sebenarnya diambil dari bahasa Belanda etymologie yang berakar daribahasa Yunani; étymos (arti sebenarnya adalah sebuah kata) dan lògos (ilmu). Pendeknya, kata etimologi itu
sendiri datang dari bahasa Yunani ήτυμος (étymos, arti kata) dan λόγος (lógos,
ilmu).
Beberapa
kata yang telah diambil dari bahasa lain, kemungkinan dalam bentuk yang telah
diubah (kata asal disebut sebagai etimon). Melalui naskah tua dan perbandingan
dengan bahasa lain, etimologis mencoba untuk merekonstruksi asal usul dari
suatu kata - ketika mereka memasuki suatu bahasa, dari sumber apa, dan
bagaimana bentuk dan arti dari kata tersebut berubah.
Etimologi
juga mencoba untuk merekonstruksi informasi mengenai bahasa-bahasa yang sudah
lama untuk memungkinkan mendapatkan informasi langsung mengenai bahasa tersebut
(seperti tulisan) untuk diketahui. Dengan membandingkan kata-kata dalam bahasa
yang saling bertautan, seseorang dapat mempelajari mengenai bahasa kuno yang
merupakan “generasi yang lebih lama”. Dengan cara ini, akar bahasa yang telah
diketahui yang dapat ditelusuri jauh ke belakang kepada asal usul keluarga
bahasa Austronesia.
B. Ide Dasar Dalam Etimologi
·
Kata-kata
biasanya dimulai dengan bentuk yang lebih panjang dan kemungkinan juga lebih
rumit, yang kemudian menjadi lebih sederhana atau lebih singkat.
Misalnya, mesa(“kerbau”) dalam Bahasa Jawa Krama berasal dari
bahasa Sanskerta mahisa.
·
Sebaliknya
dengan butir di atas, kata-kata yang pendek dapat diperpanjang dengan
penambahan imbuhan pada kata itu. Misalnya, kata, kedokteran berasal
darike+dokter+an (dokter berasal dari Bahasa Belanda).
·
Kata-kata slang (yang
tidak resmi) dapat diterima menjadi bahasa resmi. Kadang-kadang yang sebaliknya
juga terjadi, kata-kata yang resmi menjadi slang.
·
Kata-kata
yang "kasar" atau "kotor" dapat menjadi eufemisme, dan bisa juga eufemisme menjadi "kasar".
·
Kata-kata
yang tabu mungkin dihindari dan kemudian lenyap,
seringkali digantikan oleh eufemisme atau pengandaian kata.
·
Kata-kata
dapat dilebur menjadi lakuran, seperti misalnya polda, sebuah peleburan
dari kata polisi dan daerah.
·
Bunyi
dalam sesuatu perkataan bisa didisimilasikan. Misalnya, laporan berasal
dari “rapport” (Bahasa Belanda), tetapi pertama bunyi r sudah
diganti menjadi l untuk membedakan bunyi itu dari r nomor
dua.
·
Bunyi
bisa ditambah kedalam satu perkataan, sesuai dengan morfologi Bahasa Indonesia: Maret (Bahasa
Belanda: “Maart”) atau dihilangkan (bius dari Bahasa Parsi
“bihausi”).
·
Bunyi
asing bisa diindonesiakan, seperti petuah (Bahasa Arab: “fatwa”).
·
Kata-kata
dapat diciptakan dengan sengaja, seperti perkataan Anda.
·
Kata-kata
dapat pula diambil dari sebuah tempat tertentu (toponim, misalkan lombok yang
berarti "cabai") atau dari nama orang tertentu (eponim, mis. urat
Achilles).
Definisi dan Arti kata Etimologi. Etimologi adalah ilmu yang
mempelajari asal usul kata. Setiap kata mempunyai sejarah dan asal usul. Dengan
mempelajari asal usul kata tersebut maka akan semakin mudah memahaminya. Karena
penggunaan kata yang berbeda struktur katanya akan mempengaruhi arti, maksud,
atau makna bagi orang yang mengucapkan kata tersebut dan mereka yang
mendengarnya. Maksud pembicara yang tidak sampai pada pendengar akan
menyebabkan kesalahpahaman yang pastinya akan menjuruk ke pada timbulnya
persengketaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
[KBBI], definisi etimologi adalah asal usul kata, penjelasan mengenai asal usul
kata, atau ilmu yang berhubungan dengan asal usul kata. Etymologie yang
berakar dari bahasa Yunani, étymos yang arti sebenarnya adalah
sebuah kata dan lògos yang artinya adalah ilmu. Jika di gabung
maka akan menjadi ilmu tentang kata.
Setiap kata mempunyai akar atau
asal-usul. Menyusuri asal usul suatu kata merupakan ruang lingkup etymologi.
Setiap kata di dunia ini saling mempengaruhi antara satu dan yang lain.
Sehingga memunculkan kata asli dan kata serapan. Suatu bangsa yang berhubungan
dengan bangsa lain, akan saling mempengaruhi baik dari segi budaya ataupun
bahasa. Contoh sederhana etimologi bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang berasal dari rumpun melayu. Namun dalam perkembangannya, bahasa
Indonesia banyak menerima pengaruh dari bahasa asing sehingga kosa katanya
semakin lama semakin banyak. kata-kata serapan yang di masuk kedalam bahasa
Indonesia sangat banyak dan tidak terhitung jumlahnya, yang jika di telusuri
kembali akan merujuk pada kata-kata dari berbagai bahasa di dunia.
C.
Contoh Etimologi Kata
- kata petuah, jika di telusuri ulang berasal dari kata fatwa yang berasal dari bahasa arab
- kata mesa dalam bahasa jawa ternyata berasal dari kata mahisa dalam bahasa India
- dll.
D.
Pengertian Epistimologi
Epistemologi merupakan tahapan
berikutnya setelah pembahasan ontologidalam filsafat.
“Istilah
epistemologi dipakai pertama kali oleh J.F. Feriere yang
maksudnya
untuk membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu epistemologi danontologi
(metafisika umum). Kalau dalam metafisika pertanyaannya adalah apayang ada itu?
Maka pertanyaan dasar dalam epistemologi adalah apa yang dapat
saya
ketahui?”
Epistemologi berasal dari
bahasa Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan
atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atauteori. Epistemologi
secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benardan lazimnya hanya
disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnyamenjadi
theory
of knowledge
.
Dengan
kata lain, epistemologi adalah bidang ilmu yang
membahas pengetahuan manusia, dalam berbagai jenis dan ukuran kebenarannya.
Isu-isuyang akan muncul berkaitan dengan masalah
epistemologi adalah
bagaimana pengetahuan itu bisa diperoleh? Jika keberadaan itu mempunyai gradasi(tingkatan),
mulai dari yang metafisik hingga fisik maka dengan menggunakanapakah kita bisa
mengetahuinya? Apakah dengan menggunakan inderasebagaimana kaum empiris, akal
sebagaimana kaum rasionalis atau bahkandengan menggunakan intuisi
sebagaimana urafa‟ (para sufi)?
Oleh
sebab itu yang perlu dibahas berkaitan dengan
masalah ini adalah tentang teori pengetahuan danmetode ilmiah
serta tema-tema yang berkaitan dengan masalah epistemologi.Berbicara
tentang asal-usul pengetahuan maka ilmu pengetahuan ada
yang berasal dari manusia dan dari luar manusia. Pengetahuan yang berasal darimanusia
meliputi pengetahuan indera, ilmu (akal) dan filsafat.
Sedangkan pengetahuan yang berasal dari luar manusia (berasal dari Tuhan) adalah wahyu.Pembahasan
epistemologi meliputi sumber-sumber atau teori pengetahuan.
Istilah “Epistemologi” berasal dari
bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan ‘logos” berarti
perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata “episteme” dalam bahasa
Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan,
menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harafiah episteme berarti
pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan
setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang mengenai definisi ilmu itu,
jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya,
merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya.
Epistemologi
sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih
memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber,
dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari
pada epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan,
pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan
epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai
cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,
dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu dapat
diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology
is the branch of philosophy which investigates the origin, stukture, methods
and validity of knowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan
istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F
Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971-1994).
a.) Ruang
Lingkup Epistemologi
M. Arifin merinci ruang
lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas pengetahuan.
Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan,
batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa
epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana
asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan
benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang
dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat
diringkat menjadi dua masalah pokok ; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya
ilmu. Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas, sampai
Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan, bahwa epistemologi sama luasnya
dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring
dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu.
Dalam pembahasa-pembahsan
epistemologi, ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar
dari para filosof, sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan
epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu. Sedangkan aspek-aspek
lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan.
M. Amin Abdullah menilai,
bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran
konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis.
Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa
yang membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru
diabaikan dalam pembahasan epistemologi, atau setidak-tidaknya kurang mendapat
perhatian yang layak.
Namun, penyederhanaan makna
epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada tahap
pemula untuk mengenali sistematika filsafat, khususnya bidang epistemologi.
Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi,
tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode
pengetahuan, akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat
luas, yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan “bangunan”
pengetahuan.
b.) Aliran-Aliran
Epistemologi
Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini,
diantaranya :
1. Empirisme
Kata empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang
berasal dari kata empiria, yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia
memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata
yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Manusia tahu es
dingin karena manusia menyentuhnya, gula manis karena manusia mencicipinya.
John locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman
modern mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa
berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari
pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia
memiliki pengetahuan. Mula- mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana,
lama-lama sulit, lalu tersusunlah pengetahuan berarti.berarti, bagaimanapun
kompleks (sulit)-nya pengetahuan manusia, ia selalu dapat dicari ujungnya pada
pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukan
pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber
pengetahuan yang benar.
Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan
aliran ini adalah metode eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah
karena keterbatasan indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil,
sebenarnya benda itu kecil ketika dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat
dari dekat benda itu besar.
2. Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal
adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh
dan diukur dengan akal. Manusia, menurut aliran ini, menmperoleh pengetahuan
melalui kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah Descartes
(1596-1650). Descartes seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat
scholastic yang pandangannya bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan
oleh kurangnya metode berpikir yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode
baru, yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu,
dalam keragu-raguan itu jelas ia sedang berpikir. Sebab, yang sedang berpikir
itu tentu ada dan jelas ia sedang erang menderang. Cogito Ergo Sun (saya
berpikir, maka saya ada).
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang
kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakal akal yang terang benderang yang
disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang terang
benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang inilah pemberian tuhan
seorang dilahirkan ( idea innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian tuhan, maka
tak mungkin tak benar. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber
kebenaran, aliran ini disebut rasionlisme. Aliran rasionalisme ada dua macam ,
yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama , aliran
rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan untuk
mengkritik ajran agama. Adapun dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah
lawan dari empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan .
3. Positivisme
Tokoh aliaran ini adalah august compte (1798-1857). Ia
menganut paham empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam
memperoleh pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat
dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen.
Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya untuk mengukur jarak
kita harus menggunakan alat ukur misalnya meteran, untuk mengukur berat
menggunakan neraca atau timbangan misalnya kiloan . Dan dari itulah kemajuan
sains benar benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung oleh
bukti empirisnya. Dan alat bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi,
pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri.
Aliran ini menyempurnakan empirisme dan rasionalisme.
4. Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia
menganggap tidak hanya indera yang terbatasa, akal juga terbatas. Objek yang
selalu berubah, demikian bargson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak
pernah tetap. Intelektual atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami
suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal
itu manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat memahami
sifat-sifat yang tetap pada objek. Misalnya manusia menpunyai pemikiran yang
berbeda-beda. Dengan menyadari kekurangan dari indera dan akal maka bergson
mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu
intuisi.
5. Kritisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru
dimana seseorang ahli pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan
antara rasionalisme dengan empirisme. Seorang ahli pikir jerman Immanuel Kant
(1724-18004) mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, kant
mengikuti rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya kant
mengakui peranan akal harus dan keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan
sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme),
tetapi adanya pengertian timbul dari pengalaman (empirime).
Jadi, metode berpikirnya disebut metode kiritis.
Walaupun ia mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak
mengingkari bahwa adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal.
6. Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa
hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh.
Istilah idealisme diambil dari kata ideayaitu suatu yang hadir
dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato dan pada filsafat modern.
Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri.
Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung
pada spirit tidak disebut idealisme karena mereka tidak menggunakan argumen
epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum berhubungan
dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemologi yang mengajarkan bahwa
pengetahuan apriori atau deduktifdapat diperoleh dari manusia denganakalnya.
c.) Pengaruh Epistemologi
Secara global epistemologi
berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk
oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia,
dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah
yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu suatu
kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari
keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan
kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu
negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi.
Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains
dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi
modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan
alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi sebagai
penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai
akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.
Epistemologi senantiasa
mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan
sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil
pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang
berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa
yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.
d).
Kesimpulan
Etimologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal usul suatu kata. Misalkan kata etimologi sebenarnya diambil dari bahasa Belanda etymologie yang berakar daribahasa Yunani; étymos (arti sebenarnya adalah sebuah kata) dan lògos (ilmu). Pendeknya, kata etimologi itu
sendiri datang dari bahasa Yunani ήτυμος (étymos, arti kata) dan λόγος (lógos,
ilmu).
Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau
kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atauteori. Epistemologi secara
etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benardan lazimnya hanya
disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnyamenjadi
theory
of knowledge
.
Dengan
kata lain, epistemologi adalah bidang ilmu yang
membahas pengetahuan manusia, dalam berbagai jenis dan ukuran kebenarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar