Jumat, 20 Juli 2018

Makalah Hubungan Linguistik Dengan Sosiolinguistik



DAFTAR ISI

Daftar isi         ....................................................................................................................... I
Pendahuluan   ....................................................................................................................... II
Pembahasan   
A.    Pengertian Bahasa ..................................................................................................... 1
B.     Hakikat Bahasa ......................................................................................................... 1
C.     Kegunaan Sosiolinguistik.......................................................................................... 8
D.    Klasifikasi Bahasa...................................................................................................... 9
E.     Bahasa Tulis dan Sistem Aksara................................................................................ 9
F.      Ruang Lingkup Linguistik......................................................................................... 10
Penutup           ....................................................................................................................... 12
Daftar pustaka ...................................................................................................................... 13
                 













PENDAHULUAN
A.    Latar belakang

Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki manusia, tidak hanya dapat dikaji secara internal tetapi juga secara eksternal. Artinya pengkajian bahasa tidak hanya dapat dilakukan dengan menganalisis struktur fonologis, morfologis maupun sintaksisnya, melainkan dapat pula dikaji dengan hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.
Pengkajian secara eksternal inilah yang menghasilkan rumusan-rumusan yang berkaitan dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan manusia di dalam masyarakat. Pengkajian secara eksternal ini tidak hanya melibatkan teori dan prosedur linguistik saja, tetapi juga melibatkan teori dan prosedur disiplin lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa itu, sehingga wujudnya berupa ilmu antardisiplin yang namanya merupakan gabungan dari disiplin ilmu-ilmu yang bergabung itu, umpamanya sosiolinguistik.
Sosiolinguistik merupakan gabungan antara disiplin sosiologi dan disiplin linguistik dengan bahasa sebagai objek kajiannya. Namun satu hal yang harus digarisbawahi bahwasanya bahasa sebagai objek kajian sosiolinguistik tidak dilihat maupun didekati sebagai bahasa, melainkan dilihat dan didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia.





PEMBAHASAN
A.    Pengertian Bahasa

Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian.”Bahasa adalah alat komunikasi.”Sedangkan definisi bahasa menurut Sapir, Badudu, dan Keraf bahasa itu tidak menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan sosok bahasa itu seperti apa yang dikemukakan Kridalaksana dan juga Joko Kentjono, yaitu “Bahasa adalah system lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.”
Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa. Jadi, sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa dan kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak di lihat secara bahasa, melainkan dilihat sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia. Sedangkan menurut Kridalaksana 1984:4, menyatakan sosiolinguistik lazim di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari ilmu dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat.

B.     Hakikat Bahasa

a.       Bahasa Sebagai Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai sebuah sistem, bahasa sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis, artinya bahasa tersusun berdasarkan suatu pola tertentu, sedangkan sistemis artinya bahasa bukan merupakan system tunggal, tetapi terdiri dari sub-sistem/sistem bawahan.
 Jenjang subsistem dalam linguistik, dikenal dengan nama tataran linguistic atau bahasa. Jika diurutkan dari tataran terendah sampai tertinggi, yang menyangkut ketiga subsistem struktural yaitu tataran fonem, morfem, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Dalam morfologi kata menjadi satuan terbesar dan dikaji struktur dan proses kajiannya, sedangkan sintaksis kata menjadi satuan terkecil dan dikaji sebagai unsur pembentuk sintaksis yang lebih besar.
b.      Bahasa Sebagai Lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama. Lambang dengan berbagai seluk-beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah yang disebut ilmu semiotika atau semiologi. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang membuat penuturnya bisa menyampaikan semua pemikiran atau sikap sebagai sebuah lambang atau simbol untuk mengacu pada sesuatu yang disimbolkan. Hanya yang perlu digaris bawahi bahwa antara lambang dengan sesuatu yang dilambangkan tidak ada hubungan secara langsung. Setiap kata memang mengacu pada yang dilambangkan. Namun, kata saja tidak bisa dipahami secara utuh tanpa melibatkan konteks penggunaan kata itu dalam struktur yang lebih besar, seperti frasa, klausa, dan kalimat. Konteks berperan penting dalam penggunaan suatu kata sebagai lambang.
c.       Bahasa Adalah Bunyi
Yang dimaksud dengan bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang diucapkan oleh alat ucap manusia. Dalam linguistik yang disebut bahasa, yang primer adalah yang diucapkan, yang dilisankan, yang keluar dari alat ucap manusia. Bahasa yang dilisankan inilah yang menjadi objek linguistik. hanyalah bersifat sekunder.
d.      Bahasa Itu Bermakna
Yang dilambangkan dalam lughah itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiraan yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata (kalimah), frasa (tarki:b), klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana (maqa:l). Semua satuan itu memiliki makna. Namun karena ada perbedaan tingkatannya, maka jenis maknanya pun tidak sama. Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal (al-ma’na:al-lafzhi:); yang berkenaan dengan frasa, klausa dan kalimat disebut makna gramatikal (al-ma’na: al-nahwi:); dan yang berkenaan dengan wacana disebut makna pragmatik atau makna konteks (al-ma’na: al-tada:wuli: atau al-ma’na: al-siya:qi:).
e.       Bahasa Itu Arbitrer
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkan, tentu lambang yang dalam bahasa Arab berbunyi (bait) akan disebut juga (bait) dalam bahasa Indonesia, bukan (rumah). Dengan kata lain, tidak ada kata yang baik dan kata yang buruk dalam membincangkan nama-nama satuan-satuan kosakata.
f.       Bahasa Itu Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvesional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
g.      Bahasa Itu Produktif
Meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur yang jumlahnya terbatas dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa tersebut. Oleh karenanya, bahasa dikatakan produktif.
h.      Bahasa Itu Unik
Bahasa dikatakan bersifat unik berarti setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini menyangkut system bunyi, sistem pembentukan kata, kalimat atau system-sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia yaitu bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaksis, maksudnya makna kata tetap yang berubah makna keseluruhan kalimat.
i.        Bahasa Itu Universal
Ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri itu menjadi unsur bahasa yang paling umum yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bukti lain dari keuniversalan yang bermakna adalah berupa kata (kalimah), frasa (tarki:b), klausa (jumailah), kalimat (jumlah), dan wacana (maqa:l). Namun, pembentukan satuan-satuan tersebut mungkin tidak sama.
j.        Bahasa Itu Dinamis
Bahasa merupakan satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk hidup yang berbudaya dan bermasyarakat. Dalam kehidupan didalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah-ubah, maka bahasa juga men-jadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, dan menjadi tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut dinamis.
Perubahan bahasa bisa terjadi pada semua tataran, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon. Perubahan yang paling jelas, dan paling banyak terjadi terdapat pada bidang leksikon dan semantik. Hampir setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan budaya dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna yang baru. Perubahan bahasa yang terjadi bisa berupa pengembangan dan perluasan ataupun berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa bersangkutan. Kemampuan adaptasi yang dimiliki oleh bahasa inilah yang membuat sebagian ahli menganggap bahwa bahasa itu sempurna (al-lughah ka:milah).
k.      Bahasa Itu Bervariasi
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu, untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar dan untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau nonstandar.
l.        Bahasa Itu Manusiawi
Bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. Alat komunikasi binatang bersifat terbatas, dalam arti hanya digunakan untuk keperluan hidup “kebinatangannya” itu saja.
m.    Bahasa dan Kelas Sosial        
            Kelas sosial (social class) mengacu kepada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan, seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, dan sebagainya. Misalnya A adalah seorang guru di sekolah negeri, maka dia masuk ke dalam kelas pegawai negeri, jika dia seorang sarjana, dia bisa masuk kelas sosial golongan “terdidik.
n.      Bahasa dan Kelompok Etnik
Bahasa tidak selalu menunjukkan bangsa atau etniknya. Contohnya Banyak sekali orang Negro yang sudah beberapa generasi berada di Amerika Serikat sudah kehilangan bahasa ibunya. Didalam suatu percobaan sekelompok pendengar diminta untuk menilai dua buah rekaman A dan B. Mereka pasti menyatakan rekaman A adalah rekaman dari suara bahasa Inggris orang kulit hitam, dan B dari orang kulit putih. Ternyata para penilai itu terkecoh, yang sebenarnya adalah A berisi tuturan orang kulit putih yang sudah lama berbaur dengan kelompok Negro, dan B berisi tuturan orang kulit hitam yang telah lama berbaur dalam masyarakat kulit putih.
Beberapa hal yang bisa dicatat tentang percobaan ini antara lain :
1.         Timbul kesan bahwa ada perbedaan antara bahasa Inggris yang dipakai oleh etnik kulit putih dengan etnik Negro, sehingga orang Amerika dapat menentukannya berdasarkan ujaran mereka;
2.         Cara orang berbicara yang berbeda bukan disebabkan karena mereka orang kulit hitam atau orang kulit putih tetapi disebabkan oleh lingkungan bahasa mereka. Pola yang mereka ambil ialah pola kelompok yang dominan di tempat itu;
3.         Ras dan tanda-tanda fisiologis seharusnya tidak selalu dipakai sebagai dasar perbedaan bahasa.
Masyarakat aneka bahasa atau masyarakat multilingual (multilingual society) adalah masyarakat yang mempunyai beberapa bahasa. Masyarakat demikian terjadi karena beberapa etnik ikut membentuk masyarakat, sehingga dari segi etnik bisa dikatakan sebagai masyarakat majemuk (plural society). Kebanyakan bangsa di dunia memiliki lebih dari satu bahasa yang digunakan sebagai bahasa ibu dalam wilayah yang dihuni bangsa itu, bahkan bangsa Indonesia mempunyai lebih dari 500 bahasa. Kita lebih mudah mencari negara yang memiliki banyak bahasa dari pada negara yang ekabahasa (monolingual nation), dan sulit mencari negara yang benar-benar ekabahasa.
Masalah yang timbul akibat dari masyarakat aneka bahasa.
a.       Masalah Individu dan Kelompok
Keaneka bahasaan dalam suatu negara selalu menimbulkan masalah atau paling tidak mengandung potensi akan timbulnya masalah, baik masalah bagi individu-individu dan kelompok individu (terutama yang termasuk minoritas bahasa), pemerintah, dan dunia pendidikan. Bagi individu atau kelompok individu minoritas, masalah yang segera timbul ialah mereka harus menguasai sekurang-kurangnya dua bahasa, yaitu bahasanya sendiri dan bahasa mayoritas, sebelum mereka dapat berfungsi sebagai anggota penuh masyarakat di tempat mereka tinggal. Contohnya pada masa lampau anak-anak di wilayah dialek bahasa Jawa Timur, seperti Surabaya. Ketika ia besar, ia pindah  ke Jawa Tengah, maka ia harus belajar bahasa Jawa ragam Jawa Tengah (Yogya-Solo). Tentu saja mereka mengalami kesulitan besar, lebih-lebih kalau harus belajar ragam krama inggil.
b.      Masalah Pemerintah, Gerakan Politik dan Bahasa
Masalah keanekabahasaan bagi pemerintah memang rumit, menghapuskan bahasa-bahasa minoritas mendapatkan tantangan. Tetapi memelihara dan mengembangkan bahasa-bahasa itu menimbulkan konsekuensi keuangan, dan ini kadang-kadang tidak tertanggungkan oleh negara yang bersangkutan. Masalah lain adalah menghapuskan atau memelihara bahasa-bahasa minoritas selalu saja mengandung risiko terlibatnya politik. Bahasa sering dijadikan sebagai alat politik atau alat gerak politik, baik politik untuk mematikan etnik tertentu ataupun politik untuk mencapai kemerdekaan bangsa. Faktor kebahasaan di daerah bahasa merupakan ciri etnik yang sangat menentukan (karena ciri-ciri fisik kurang berarti seperti kulit hitam di AS), dapat memainkan peranan penting dalam gerakan separatis yang menuntut kemerdekaan sendiri. Alasannya, bahasa merupakan lambang solidaritas dan kesadaran kelompok.
o.      Bahasa dan Faktor Luar-Bahasa
Objek kajian linguistik mikro adalah struktur intern bahasa atau sosok bahasa itu sendiri, sedangkan kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa.
Hubungan bahasa dengan masyarakat adalah:
a.       Masyarakat Bahasa
Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Karena titik berat pengertian masyarakat bahasa “merasa menggunakan bahasa yang sama", maka konsep masyarakatnya menjadi lebih luas dan sempit sehingga patokan linguistik umum menjadi lebih longgar. Misal secara linguistik bahasa Indonesia dan Malaysia adalah bahasa yang sama, keduanya dapat mengerti dengan bahasa masing-masing.
b.      Variasi dan Status Sosial Bahasa
Pada penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa sangat beragam, dan bahasa yang digunakan juga beragam.
Dalam beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan yang membedakan adanya dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya.
1.      Variasi bahasa tinggi yang digunakan dalam situasi-situasi resmi, seperti pidato kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan, khotbah, surat-menyurat resmi, dan buku pelajaran.
2.      Variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi, dan catatan untuk diri sendiri.
c.       Penggunaan Bahasa
Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan 8 unsur, yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni:
1.      Setting and Scene, yaitu unsur yang berhubungan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan.
2.      Participants, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan.
3.      Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan.
4.      Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan.
5.      Key, yaitu cara atau semangat dalam percakapan.
6.      Instrumentalities, yaitu jalur percakapan apakah lisan atau tulisan.
7.      Norms, yaitu norma perilaku peserta percakapan.
8.      Genres, yaitu kategori atau ragam bahasa yang digunakan.
d.      Kontak Bahasa
Indonesia adalah negara yang multilingual. Dalam masyarakat multilingual yang mobilitas geraknya tinggi, maka anggota-anggota masyarakatnya akan cenderung untuk menggunakan dua bahasa atau lebih, baik sepenuhnya maupun sebagian, sesuai dengan kebutuhannya.
Bloomfield mengartikan bilingual sebagai penguasaan yang sama baiknya oleh seseorang terhadap dua bahasa. Uriel Weinrich mengartikan sebagai pemakaian dua bahasa oleh seseorang secara bergantian. Sedangkan Einar Haugen mengartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan tuturan yang lengkap dan bermakna dalam bahasa lain, yang bukan bahasa ibunya.
Dalam masyarakat bilingual dan multilingual sebagai akibat adanya kontak bahasa dan budaya dapat terjadi peristiwa:
Ø  Interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain kedalam bahasa yang sedang digunakan.Contoh dalam tataran fonologi: kata Bogor dibaca mbogor.
Ø  Integrasi yaitu unsur bahasa yang terbawa masuk, sudah dipakai sebagai bagian dari bahasa yang menerimanya sesuai dengan ejaan maupun tata bentuknya.
Ø  Alihkode merupakan beralihnya panggunaan suatu kode kedalam kode lain yang terjadi karena adanya sebab.
Ø  Campurkode (code-mixing) yaitu dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan dan disadari oleh si pembicara.
e.       Bahasa dan Budaya
Dalam sejarah linguistik ada hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan, yang dikeluarkan oleh dua orang pakar, Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan, cara berfikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Misalnya jadwal acara yang sudah disusun tidak tepat waktu sehingga di Indonesia ada ungkapan jam karet.
Hipotesis Sapor -Whorf ini memang tidak banyak diikuti orang, yang banyak diikuti adalah kebalikan dari hipotesis Sapor-Whorf, yaitu bahwa kebudayaanlah yang mempengaruhi bahasa.

C.    Kegunaan Sosiolinguistik

Sosiolonguistik menjelaskan bagaimana menggunakan bahasa itu dalam aspek atau segi sosial tertentu, seperti di rumuskan Fishman (1967:15) bahwa yang di persoalkan dalam sosiolinguistik adalah “who speak, what language, to whom, when, and to what end”. Dari rumusan Fishman itu dapat kita jabarkan manfaat atau kegunaan sosiolonguistik bagi kehidupan praktis, antara lain sebagai berikut:
a.       Dapat dimanfaatkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi.
Sosiolinguistik akan memberikan pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa. Ragam bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang tertentu. Misalnya, jika kita adalah anak dari suatu keluarga, tentu kita harus menggunakan ragam bahasa yang berbeda jika lawan bicara kita adalah ayah, ibu, kakak, atau adik.
b.      Buku-buku tata bahasa, sebagai hasil kajian internal terhadap bahasa, biasanya hanya menyajikan kaidah-kaidah bahasa tanpa mengaitkannya dengan kaidah-kaidah penggunaan bahasa. Misalnya, hampir semua buku tata bahasa Indonesia menyajikan sistem kata ganti orang sebagai berikut:
Orang ke
Tunggal
Jamak
1 Yang berbicara
Aku, saya
Kami, kita
2 Yang diajak bicara
Engkau, kamu, anda
Kalian, kamu sekalian
3 Yang di bicarakan
Ia, dia, nya
Mereka

Bagian tersebut cukup jelas. Tetapi kaidah sosial bagaimana menggunakannya tidak ada, sehingga orang yang baru mempelajari bahasa Indonesia dan tidak mengenal kaidah sosial dalam menggunakan kata ganti itu akan mengalami kesulitan besar. Oleh karena itu, bantuan sosiolinguistik dalam menjelaskan penggunaan kata ganti tersebut sangat penting. Kiranya, tanpa bantuan sosiolinguistik (misalnya, kepada siapa, kapan dan dimana kata ganti itu harus di pakai) sajian kata ganti itu tidak berguna dalam percakapan yang sebenarnya.

D.    Klasifikasi Bahasa

Klasifikasi dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang ada pada setiap bahasa. Kriteria yang digunakan untuk membuat klasifikasi, menurut Greenberg suatu klasifikasi harus memenuhi persyaratan nonarbitrer (tidak boleh semaunya), ekshautik (klasifikasi yang dilakukan tidak bersisa), dan unik (apabila suatu bahasa telah masuk pada satu kelompok tidak boleh masuk ke kelompok lainnya).
Pendekatan terpenting yang digunakan untuk membuat klasifikasi:
1.      Pendekatan genetis yang hanya melihat garis keturunan.
Hasilnya disebut klasifikasi genetis/geneologis, artinya suatu bahasa diturunkan dari bahasa yang lebih tua.
2.      Pendekatan tipologis, menggunakan kesamaan tipologis.
3.      Pendekatan areal menggunakan pengaruh timbal balik antara suatu bahasa dengan bahasa lain untuk membuat klasifikasi.
4.      Pendekatan sosiolinguistik membuat klasifikasi berdasarkan hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat.

E.     Bahasa Tulis dan Sistem Aksara

Berkenaan dengan bahasa adalah juga menjadi objek linguistik, maka bagi linguistik bahasa lisan adalah primer, sedangkan bahasa tulis adalah bahasa sekunder.
Meskipun dikatakan bahasa lisan adalah primer dan bahasa tulis adalah sekunder, tetapi peranan atau fungsi bahasa tulis didalam kehidupan modern sangat besar sekali. Bahasa tulis sudah dibuat orang dengan pertimbangan dan pemikiran, sebab kalau tidak hati-hati, tanpa pertimbangan dan pemikiran, peluang untuk terjadinya kesalahan sangat besar. Sedangkan dalam bahasa lisan setiap kesalahan bisa segera diperbaiki. Lagi pula bahasa lisan sangat dibantu oleh intonasi, tekanan, mimik, dan gerak-gerik si pembicara.
Dalam pembicaraan mengenai bahasa tulis dan tulisan kita menemukan istilah-istilah:
Ø  Huruf istilah umum untuk grafem dan graf.
Ø   Abjad atau alfabet adalah urutan huruf-huruf dalam suatu sistem aksara.Misal aksara A sampai Z.
Ø  Aksara adalah keseluruhan sistem tulisan, Misalnya aksara arab.
Ø  Graf adalah satuan terkecil dalam aksara yang belum ditentukan statusnya.
Ø  Grafem adalah satuan terkecil dalam aksara yang menggambarkan fonem, suku kata, atau morfem tergantung dari sistem aksara yang bersangkutan.
Ø  Alograf adalah varian dari grafem.
Ø  Grafiti adalah corat-coret dinding, tembok, dan pagar.
Ø  Kaligrafi adalah seni menulis indah.
Jenis aksara, yaitu: Aksara piktograf, ideografis, silabis, dan fonemis.
Ejaan yang ideal adalah ejaan yang melambangkan tiap fonem hanya dengan satu huruf atau sebaliknya setiap huruf hanya dipakai untuk melambangkan satu fonem.

F.     Ruang Lingkup Linguistik

1.      Fonologi
Bidang Linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
2.      Morfologi
Morfologi atau tata bentuk kata adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata dan segala hal proses pembentukannya. Morfologi mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Dalam bahasa Arab, ilmu ini lebih dikenal dengan ‘ilm al-sharf, yang merupakan satuan gramatikal yang membahas masalah struktur intern kata. Secara terminologi morfologi adalah salah satu dari bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar, 2003, 97). Devinisi lain dikemukakan oleh Hijazi (1978:55) yang menyatakan bahwa Morfologi penyatuan dari beberapa unsur bunyi yang ada sehingga menjadi sebuah kata yang mengalami afiksasi.
3.      Sintaksis
Secara etimologi, sintaksis berarti ‘menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat’. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat atau bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Jadi, sintaksis ialah ilmu yang mempelajari hubungan aantara kata, frase, klausa, kalimat yang satu dengan kata, frase, klausa, kalimat yang lain. Kata, frase, klausa dan kalimat inilah yang oleh para ahli disebut sebagai satuan sintaksis.













PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, yang dikaji secara eksternal, yaitu pengkajian yang dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan. Manfaat atau kegunaan sosiolonguistik bagi kehidupan praktis adalah dapat dimanfaatkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi, Buku-buku tata bahasa, sebagai hasil kajian internal terhadap bahasa, biasanya hanya menyajikan kaidah-kaidah bahasa tanpa mengaitkannya dengan kaidah-kaidah penggunaan bahasa. Serta di dalam sosiolinguistik juga di bahas mengenai berbagai ragam bahasa dari anak-anak, waria, gay, menurut kelas sosialnya, dan lain-lain.
B.     Saran
Penulis mengharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat mengerti apa itu sosiolinguistik sehingga dapat berkomunikasi dengan masyarakat yang mempunyai variasi bahasa yang beragam dengan mudah, serta penulis juga mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.















DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012, cetakan keempat).
Moch. Syarif Hidyatullah dan Abdullah. Pengantar Linguistik Arab Klasik-Modern. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, cetakan pertama).
Djoko Kentjono, Dasar-dasar Linguistik Umum, (Depok: Fakultas Sastra U

Tidak ada komentar:

Posting Komentar